Dari sekian banyaknya jenis lomba lagu, Festival
Lagu Populer Indonesia (FLPI), Festival Lagu Populer Asean (FLPA) dan Lomba
Cipta Lagu Remaja (LCLR) bisa dibilang ajang
yang sangat bergengsi karena merupakan ajang seleksi penyanyi yang akan dikirim
ke luar negeri. FLPI misalnya mengirim pemenang ke ajang ”Word Pop Song Festival”
di Tokyo, sementara pemenang FLPA sendiri dikirim ke ajang
”Asean Pop Song Festival”. LCLR, meski tak diiming-imingi kesempatan nyanyi di luar
negeri namanya sangat membumi, beberapa artis terkenal turut ”dilahirkan” dari
lomba ini seperti Chrisye, Utha Likumahuwa, James F Sundah, Irma June, Benny Soebardja, Purnama Sultan, Dhenok Wahyudi
dan masih banyak lagi.
Meski diselenggarakan akhir 70an, FLPI memiliki catatan panjang pada paruh tahun 80an hingga acara ini selesai digelar tahun 1991. Beberapa nama penyanyi menjadi langganan di ajang ini seperti Harvey Malaiholo yang dijuluki macan festival lantaran sering menyabet predikat penyanyi terbaik, dan Vina Panduwinata yang hingga sekarang dijuluki si Burung Camar, karena lagunya berjudul Burung Camar menyabet predikat sebagai “Lagu Terbaik Tahun 1985”. Vina juga berturut-turut menyabet Lagu terbaik melalui lagu ”Salamku Untuknya” 1983, ”Aku Melangkah Lagi” 1984, dan ”Burung Camar” 1985.
Selain nama penyanyi, beberapa musisi terkenal juga ”muncul” melalui ajang festival ini seperti Idris Sardi, Elfa Secioria, Yopie Widianto dan masih banyak lagi. FLPI benar-benar mencapai masa kegemilangannya di era 80an, terbukti dari animo masyarakat pencinta musik maupun seniman yang begitu besar setiap perhelatan akbar ini digelar. Lagu-lagu para juara selain dilombakan di mancanegara juga turut dibuatkan kedalam format kaset dan laris diburu pencinta musik pop Indonesaia kala itu.
Tak sedikit hits lagu dari ajang beberapa festival direcycle, sebut saja lagu “Simphony Yang Indah” yang kembali dipopulerkan penyanyi Once Maikel.
Karena sifatnya festival, lagu-lagu yang diikutkan lombapun lebih berbobot dengan kedalaman bahasa musik yang sangat kuat baik dari sisi musikalitas maupun lirik lagu yang ditulis dan dengan sendirinya mengesampingkan sisi komersial.
Inilah Catatan singkat tentang FLPI setiap tahunnya. FLPI 1980, tahun 1980 penyelenggaraan FLPI memasuki tahun ke delapan. Para finalis di tahun ini antara lain Anton Issoedibyo, Younki Soewarno, Robby Lea dan Tarida Hutauruk. Pemenangnya adalah Robby Lea dengan lagu ”Simphony Yang Indah” dibawakan penyanyi Ambon Bob Tutupoly. Lagu ini berhasil menjadi hits besar tahun itu. Hanya saja, lagu yang terpilih untuk mewakili Indonesia di ajang “World Pop Song Festival” di Tokyo adalah lagu ciptaan Roekanto & Esti berjudul ”Senja Merah yang dibawakan Marini.
FLPI 1981, tahun ini menjadi tahunnya Titik Hamzah setelah empat lagu ciptaanya, “Siksa”, “Kembara Di Tepi Senja”, “Legenda Cinta” dan “Letih” lolos menjadi finalis. Dari keempat lagu itu, ada lagu berjudul ”Siksa” yang semula dibawakan Hetty Koes Endang, pada malam final dibawakan duet bersama penyanyi rock bernama Euis Darliah. Lagu ”Siksa” keluar sebagai jawara dan terpilih sebagai lagu yang berlaga di “World Pop Song Festival” di Tokyo. Di ajang ini duet Hetty & Euis berhasil mendapatkan predikat sebagai penyanyi berpenampilan terbaik.
Selain lagu itu ada satu lagu yang tidak kalah membumi, sebuah lagu ciptaan Tarida Hutauruk yang dibawakan Bornok Hutauruk berjudul ”Dirimu Satu” sebagai pemenang, dan juga berhasil menjadi juara saat mewakili Indonesia dalam ajang Festival Lagu Asean di Bangkok.
FLPI 1982, ajang lomba tahun 1982 merupakan awal keberangkatan Vina Panduwinata sebagai penyanyi festival, melalui lagu ”Bisikan Malam” penyanyi bersuara merdu ini mencuri perhatian dewan juri. Beberapa penulis lagu diajang festival 82 seperti Anton Issoedibyo dan Dani Mamesah boleh berbangga setelah tiga lagunya masuk ke babak final.
FLPI 1983 dan FLPI 1984, lagi-lagi menjadi tahunnya Vina Panduwinata, melalui lagunya ”Salamku Untuknya” tahun 1983 kembali memperlihatkan kehebatan penyanyi asal Bogor ini. Setahun kemudian di FLPI 1984 Vina Panduwinata berjaya setelah dua lagunya ”Aku Melangkah Lagi” ciptaan Santoso Gondowijoyo dan ”Tuhan Ternyata Ada” ciptaan Anton Issoedibyo/ Andara Adly menjadi pemenang. Vina mewakili indonesia dalam “Festival Lagu Pop” sedunia di Jepang.. Lagu lain yang berhasil menjadi hits dari ajang tahun ini diantaranya adalah ”Tabir Tercinta” Harvey Malaiholo dan ”Biru Selintas Rindu”, Utha Likumahuwa.
FLPI 1985 dianggap panitia FLPI sebagai ajang festival yang berhasil, betapa tidak dewan juri mendapatkan 12 lagu yang benar-benar bagus. Hampir semua lagu menjadi hits, dan bisa berbicara di Festival Internasional seperti ”Burung Camar” ciptaan Aryono Huboyo/ Iwan Abdurahman dibawakan Vina Panduwinata. Lagu ini juga yang terpilih menjadi wakil Indonesia untuk berlaga di Tokyo, dan mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Vina Panduwinata “diganjar” Kawakami Awards pada Festival Lagu Internasional di Budokan Tokyo Jepang.
FLPI 1986, setelah Vina berjaya, giliran Elfa Secioria dan Wieke Gur, duet komposer ini mencapai puncaknya di tahun tersebut. Mereka mengirimkan empat lagu yaitu ”Seandainya Selalu Satu”, ”Ucaplah Untuk Terakhir”, ”Ayun Langkahmu” dan ”Benang Asmara”. Dua lagu mereka ”Seandainya Selalu Satu” dan ”Ayun Langkahmu”masuk final. Lagu ”Seandainya Selalu Satu terpilih mewakili Indonesia di ajang “World Pop Song Festival” di Jepang dan sukses membawa harum bangsa karena Harvey Malaiholo berhasil menyabet penghargaan paling bergengsi sebagai penyanyi terbaik.
Sepanjang sejarah FLPI digelar, penyelenggaraan FLPI tahun 1987 berhasil secara komersial. Dewan juri memilih lagu yang bagus secara kualitas tetapi juga menjual dan mudah diterima pasar. Tak heran, hampir semua lagu finalis berhasil menjadi hits. Nama-nama komposer seperti Guruh Soekarno Putra, Yovie Widianto, Elfa Secioria, Dadang S Manaf dll turut menulis lagu di ajang ini. Begitu pula dengan penyanyinya, tak kurang dari Dian Pieshesha, Ermy Kullit, Nicky Astria, Harvey Malaiholo membawakan lagu-lagu-lagu pemenang.
Lagu yang berhasil menjadi juara adalah “Kusadari”, ”Kembalikan Baliku” dan “Pesta”, sementara lagu yang terpilih mewakili Indonesia di ajang “World Pop Song Festival” adalah lagu ”Kembalikan Baliku” yang dibawakan Jopie Latul dengan dukungan aransemen kuat serta koreografi yang rapi dari GSP, Jopie berhasil mendapatkan penghargaan Kawakami Awars. Lagu “Kusadari” juga berhasil menjadi pemenang ketika dikirim mewakili Indonesia di ajang Asaen Popular Song Festival tahun 1988.
Ditengah kejenuhan dan penyelenggaraan FLPI tahun 1988 ada sedikit kejutan, setelah menteri Fuad Hassan dan Siti Hardiyanti Rukmana mencoba menulis dan lolos menjadi finalis. Keduanya berkolaborasi bersama Titik Hamzah menciptakan lagu dengan judul "Perjalanan Panjang” . Lagu pemenang adalah “Kau Kasihku” yang dibawakan Elfa’s Singers. Pada saat yang bersamaan “World Pop Song Festival” di Tokyo tidak lagi diselenggarakan, sehingga pemenang FLPI tahun tersebut tidak dikirim luar negeri. Sebagai gantinya, lagu “Kau Kasihku” dikirim ke Asean Pop Song festival dan berhasil menjadi pemenang kedua.
Festival Lagu Populer Indonesia tahun 1989 menunjukkan dominasi musisi Bandung yang begitu kuat. Dari daftar finalis, sebagian besar adalah komposer dari Bandung seperti Yovie Widianto, Ferina, Iwan Wiradz, Hentriesa dll. Beberapa hits muncul dari album ini seperti “Ini dan Itu” Ruth Sahanaya, “Sudahkahku” Connie Constantia, “Bias Warna” Utha Likumahuwa, “Berdua” Mus Mujiono dan “Aku Suka Kamu Suka” Hari Mukti dan Cantora Geronimo.
FLPI 1991 menjadi perhelatan akbar musik Indonesia terakhir dengan
meninggalkan jejak sejarah musik yang sangat manis. Lagu “Kisah Kehidupan” Trie
Utama / Utha Likumahuwa menjadi pemenang dalam ajang ini. (Dicky Harisman/ Ketua Forum Diskusi Musik 80)
Pak Dicky, kapan menulis tentang Asia Song Fest 96 Bali,99 di KL atau Indonesian Song Festival 2010 yg terbengkalai?
BalasHapusShabyra... Insya Allah secepatnya ya... Tks atensinya....
BalasHapusBlog yang bagus dan berguna.... semoga terus berkembang.... Saya ingin berbagi article tentang Huangdao Pencahayaan Gedung-Gedung di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/07/huangdao-pencahayaan-gedung-gedung.html
BalasHapusLihat juga video di youtube https://youtu.be/GcfqJ6JUrNY
Vina Panduwinata - Salamku Untuknya
BalasHapushttps://www.youtube.com/watch?v=JWm-k9yjSfY