Jumat, 13 April 2012

Album Keroyokan "Mewabah" di Era 80

CD Musik Kompilasi Indonesia (Koleksi Pribadi)


Album keroyokan jadi istilah yang populer di era 80an. Peta musik Indonesia dengan gamblang memetakannya kepada kita tentang berbagai kisah manis yang tersampaikan indah mulai dari  geliat musik pop kreatif, merebaknya komunitas Fans Club, munculnya penyanyi legenda, musik tema untuk film remaja, sampai ke album yang digarap beberapa musisi. Ya! Musik Keroyokan. Salah satu tren yang terjadi di musik Indonesia paruh dekade 80 hingga 90an yang akan dikupas di forum ini. 

Ikon album keroyokan di tahun 80an yang populer adalah kelompok Adjie Soetama Cs, “Suara Persaudaraan” yang terilhami oleh sukses Bob Geldof dengan ”USA For Africa”nya. Melalui seorang komposer besar, James F Sundah pada tahun 1985 direkrutlah lebih dari 50 artis Indonesia yang memiliki nama besar seperti Adjie Soetama, Utha Likumahuwa, Lydia, Imaniar, Tika Bisono, Nicky Astria, Ikang Fawzi, Jopie Latul, Iwan Madjid, Ricky Basuki dan lain-lain. Dari kantong album eksklusif ini meluncur  hits  “Anak-anak Terang”, ”Kuajak Kau Kembali” dan  ”Pilar Harmoni”.

Berikutnya muncul kelompok 7 Bintang yang terdiri dari penyanyi ternama saat itu. Mereka adalah Dian Pramana Poetra, Deddy Dhukun, Trie Utami, Malyda, Atiek CB, Mus Mudjiono dan Fariz RM. Melalui lagunya “Jalan Masih Panjang” kelompok ini mempertegas kembali eksistensi mereka di belantika pop kreatif sebagai seorang solois dan penyanyi kelompok yang solid. Lagu mereka “Jalan Masih Panjang” mencapai kesuksesan di tahun 1988. Mereka mengulang sukses kedua dengan merilis lagu “Jangan Menambah Dosa”.

Kemunculan Vina Panduwinata, Trie Utami, Atiek CB dan Malyda yang membaurkan kemampuan suaranya kedalam satu grup bernama Rumpies di tahun 1988 menambah panjang catatan sejarah. Melalui lagu “Nurlela” ciptaan Sam Bobo dan Deddy Dhukun mereka mencuri perhatian publik, sampai-sampai BASF menobatkan kelompok ini penghargaan “Album pop kreatif terlaris 1990”. Namun sayang kelompok ini hanya bertahan sebentar, mereka resmi “bercerai” setelah album ketiganya keluar.

Sementara dari kubu musik Rock tercatat kelompok yang menamakan dirinya Bintang Rock Indonesia (BRI)  tahun 1989. Mereka adalah Achmad Albar, Ikang Fawzi, Renny Jayusman, Anggun C Sasmi,  Freddy Tamaela dan Cut Irna. Lewat single mereka berjudul “Kuserahkan”. Beberapa penyanyi Rock pun didaulat untuk turut mendukung album ini seperti Gito Rollies & Eddie Endoh, Euis Darliah, Achmad Albar, Deddy Stanzah dan Delly Rollies.

Selain BRI, masih ada grup lain bernama “Pakarock” yang terdiri dari Achmad Albar, Ikang Fawzi dan Nicky Astria di tahun 1990. Lagu mereka berjudul “Jangan Bedakan Kami” termasuk laris di pasaran. Pendukung single album ini diantaranya Anggun C. Sasmi, Eddie Endoh, Freddy Tamaela dan Farid Harja.
Selain grup keroyokan ada juga single dari penyanyi yang sebagian track lagunya diisi oleh penyanyi/musisi lain, seperti yang dilakukan komposer besar Indonesia almarhum Dodo Zakaria pada album “Mallisa”. Dodo mempercayakan ke banyak musisi seperti Utha Likumahuwa, Dian Pramana Poetra, Nicky Astria, Vina Panduwinata sebagai musisi tamu. Dari kaset ini mencuat lagu “Akira”, Utha Likumahuwa,  ”Cap Lang ”, Nicky Astria dan ”Gadis Kepang Dua”, Dodo Zakaria.

Dari genre musik yang sama diluncurkan pula album Oddie Agam yang merilis album bertajuk “Oddie”. Di album keempatnya, pencipta lagu “Antara Anyer dan Jakarta” itu menggandeng Vina Panduwinata berduet di lagu “Tamu Istimewa”. Selebihnya ada lagu “Bojoku” dibawakan Anggun C Sasmi, “Menunggu”, Oddie Agam & Asti Asmodiwati, “Bebaskan Asmara”, Oddie Agam & Malyda  dan masih banyak lagi.

Musisi yang juga membuat album serupa adalah  Mus Mujiono dan Eramono Soekaryo. Mus Mujiono merilis album “Indonesia 10” dengan tembang unggulannya “Mesra” yang juga mengundang  banyak penyanyi tamu seperti Dian Pramana Poetra, Vonny Sumlang, Deddy Dhukun, Nunung Wardiman dan Jopie Latul. Kemudian ada keyboardis grup Jazz Spirit, Eramono yang mengeluarkan album yang sama dengan namanya “Eramono”. Munculnya hits seperti “Kenangan Asmara” (duet dengan alm. Andi Meriem M), “Bagaimana”, Eramono dan “Gairah”, Shanti dimungkinkan karena album ini digarap secara serius oleh lulusan Berkley College Of Music Boston.

Dari musik beraliran keras ada beberapa penyanyi yang mengeluarkan single album  seperti Anggun C Sasmi dengan single “Mimpi” tahun 1990, yang merupakan awal karir Anggun di belantika musik Indonesia. Melalui lagu karya Teddy Sujaya & Pamungkas NM nama Anggun mencuat ke permukaan dengan cepat. Beberapa musisi yang ikut mendukung album Anggun adalah Deddy Stanzah, Gito Rollies dan Deddy Dores. Di album ini ada juga lagu “Bayang-Bayang Ilusi” yang turut dilahirkan.
Semangat Anggun tidak berhenti sampai disitu, setelah single “Mimpi” dilepas single “Takut” buah karya Mus Mujiono dan Deddy Dhukun pun ditawarkan kepada pasar. Ada nama penyanyi beken saat itu seperti Cut Irna, Freddy Tamaela, Lady Avisha dan Farid Hardja.
Tawaran semakin beragam
Pasar musik Indonesia semakin dimanjakan dengan kehadiran kompilasi yang merupakan keroyokan penyanyi atau grup, baik pendatang maupun yang sudah punya nama besar seperti terangkum dalam kaset “10 Bintang Nusantara” 1987. Dengan keberaniannya mencoba menawarkan grup-grup band baru seperti KLA Project, Indonesia 6, Punk Modern Band, Dimensi Band dan Wachdach Band. Kompilasi ini berpihak kepada band beraliran pop progresif KLa Project sebagai band yang mendapat tujuh penghargaan BASF Award melalui lagu berjudul “Tentang Kita”.

Kesuksesan album ini diikuti dengan album kedua berjudul “10 Bintang Nusantara-2” yang menderetkan nama-nama musisi dan band anyar seperti Andy Ayunir, Kangaroo Band, Kahitna, Modulus Band dan  Guest Band..


Peta  musik Indonesia pada dua dekade 80-90 benar-benar diwarnai fenomena keroyokan. Tengok saja album kaset yang keluar saat itu, sungguh menawarkan banyak pilihan. Ini dia sebagian kaset yang dirilis, “Duet Plus” 1988 (“Bingung”, Yessy Robot dan Kiki Maria);   “Indonesia’s Top 10 1989” (“Kau Kasihku”, Elfa’s Singers, “Kesan Pertama”, Didi Bofa); “Model Indonesia 1990” (“Belum Tahu”, Ruby Wiriadinata); “Sepuluh Bintang Khatulistiwa  1988” (“Dansa Suka-Suka”, Utha Likumahuwa, “Indah” Ricky Basuki, “Memory Yang Lucu” Ryan Kyoto); “12 Lagu Terbaru 1988” (“Semua Jadi Satu”, Dian/Deddy Dhukun Feat Malyda, “Selamat Untukmu”, Jakarta Rhythm Section); “10 Vokalis Utama Bintang Khatulistiwa” (“Biarkan Saja” Neno Warisman, “Maaf”, Trie Utami); “12 Jazz Spot 1987” (“Kita Berdua”, Cici Sumiati, “Bawalah Cintaku”, Christ Kayhatu); “12 Jazz Favorit’87” (“Keraguan”, 2D, “Gemilang”, Krakatau); “Super Disco Indonesia 1989” (“Anak-Anak Sekarang”, Gito Rollies & Eddie Endoh,  “Pesta Disco”, Cut Irna).



Album keroyokan milik sejarah musik Indonesia dekade 80-90an, lepas dari  perdebatan kehadirannya dituding sebagai proyek rekaman belum siap materi, alasan aji mumpung sampai alasan lainya, setidaknya karya-karya gemilang yang dihasilkan musisi-musisi itu kini masih menjadi bukti indah yang bisa didengar kapan saja sambil bernostalgia sekedar mengingatkan bahwa Indonesia pernah mencatat sejarah manis dalam industri musik. (Dicky Harisman, Ketua Forum Diskusi Musik 80)

1 komentar:

  1. Utha Likumahuwa - AKIRA
    https://www.youtube.com/watch?v=5uwG4wXh8KY

    BalasHapus